Sabtu, 26 Juli 2014

ORAL TRADITION VS PUBLIC SPEAKING TRADITION


(oleh: rosyad_elbantani)
Sebagian besar manusia memiliki kemampuan untuk berbicara, baik dia anak kecil, remaja maupun dewasa.  Kemampuan bicara juga berlaku untuk hampir semua profesi baik yang dianggap bawah oleh  masyarakat, menengah maupun tinggi. Namun, manakala kata “berbicara” ditambahkan dengan kata lain yaitu “di depan umum”, maka sebagian manusia yang memiliki kemampua bicara itu akan mundur teratur. Kemampuan berbicara di depan orang banyak atau dikenal juga dengan istilah Public Speaking (PS), memang tidak dimiliki oleh banyak orang. Biasanya orang yang memiliki kemampuan ini sering menjadi pemimpin dalam kelompoknya.
Sebagian besar komentar yang muncul manakala ditanyakan alasan kenapa PS tidak dimiliki banyak orang adalah deretan kata-kata berikut; gugup, tidak percaya diri, kehilangan kata-kata dan tegang. Normal memang, karena PS merupakan sebuah sarana seseorang untuk berinteraksi dengan banyak individu dalam satu waktu sekaligus. Hal ini sulit mengingat sifat heterogen dari setiap individu. Bagaimana kita seorang diri harus menghadapi manusia yang pasti berbeda isi kepalanya.
Segala sesuatu pasti ada jalan keluarnya, termasuk kesulitan dalam PS. Bahkan dalam konteks masyarakat Indonesia Nenek Moyang kita sudah “mewariskan” hal ini dari dahulu. Jika kita melihat budaya dan sejarah bangsa ini, ada sebuah hipotesis yang bisa diambil. Kesimpulan awal itu berupa fakta bahwa masyarakat Indonesia memiliki oral tradition yang cukup tinggi. Hal ini bisa kita lihat dari begitu banyak dongeng, folklore, fable, fairy tale dan myth yang lahir dari berbagai daerah.
Memang fakta-fakta tadi tidak serta menjadi landasan bahwa masyarakat Indonesia sangat ahli dalam PS, karena baik dongeng, mythe dan lain-lain lebih pada pembuktian bahwa orang Indonesia seneng ngomong, bukan seneng ngomong ke banyak orang. Namun, selayaknya budaya yang bisa berkembang, maka oral tradition-pun bisa kita kembangkan menjadi Public Speaking Tradition. Why not?


rosyad_elbantani adalah nama pena Ahmad Rosadi. Laki-laki kelahiran Tangerang seperempat abad yang lalu ini aktif di diberbagai organisasi dan institusi. Selain sebagai pendidik di sekolah formal, beliau juga tercatat sebagai Jurnalis dan Relawan Rumah Dunia Serang, Trainer, pengelola TBM Pustaka Mandiri, Komunitas Rumah Cerdas Tangerang dan Sanggar Bintang Bogor. Penulis bisa dihubungi melalui telepon 08987059359

*Essai ini saya sampaikan dalal pelatihan public speaking tanggal 14 Juli 2014 di Rumah Dunia Serang dalam acara "Nyenyore"