(ketika manusia belajar dari kadal)
Akhir-akhir ini Ustadz (Ust) sering sekali melihat
kadal mondar-mandir dengan santainya. Kadang sendiri, berpasangan, bertiga atau bahkan satu geng. Mereka begitu cuek dan tak peduli sedang Ust perhatikan. Tidak jarang juga kadal-kadal
ini nongkrong di selokan deket lapangan volley, ngobrol-ngobrol dibawah kolong wisma (tak tau apa yang diobrolkan) atau bahkan berjemur
di lapangan basket.
Masalah
perkadalan ini memang sedang menjadi tranding topic
dikalangan Santri. Bagaimana tidak? Beberapa orang santri malah menjadikan kamarnya
“kebun binatang”, atau tepatnya
kebun kadal. Ketika Ust tanyakan kepada
salah satu Santri yang kebetulan sedang menjinjing kadal didalam botol dia
menjawab: Buat piaraan
tadz..
Perlu Ust ingatkan bahwa instruksi Bagian
pengasuhan, tidak diperkenankan
memelihara binatang piaraan
didalam kamar!!!!
Baiklah
kita cukupkan
pembicaraan tentang kadal sebagai binatang. Sekarang kita akan
bicara tentang pertanyaan:
apakah ada hikmah atau pelajaran yang bisa kita petik dari kadal?
Setelah
Ust renungi secara mendalam (sambil menghayal bentuk dan rupa kadal satu keluarga yang sedang
berjemur) beberapa
diantara hikmahnya adalah:
1. kadal berdarah dingin (itu sebabnya kadal kerap berjemur)
kadal
sadar betul dengan keadaan dirinya yang berdarah dingin. Jika tidak menaikan
suhu tubuhnya maka dia bisa mati. Maka
untuk menutupi
kekurangannya tersebut kadal rajin menambalnya dengan berjemur. Kitapun manusia haruslah seperti itu. Setiap orang memang memiliki kelebihan dan
kekurangan, tapi
jangan hanya diam dengan kekurangan yang kita miliki. Maksudnya bukan berarti
Ust mengajak kalian untuk menutupi
kekurangan dengan segala cara. Semisal operasi
plastik, penggunaan obat
berbahaya dan sebagainya agar fisik terlihat lebih cantik atau ganteng. Maksud
memperbaiki
kekurangan disini adalah yang bersifat boleh dan memang harus diperbaiki dan bukan yang bersifat qodrati. Selama masih ada cara dan
kekuatan untuk memperbaikinya,
kenapa tidak? Asal
menggunakan cara yang sesuai dengan kaidah dan norma yang berlaku. Contohnya
jika kita memiliki kekurangan dibidang penguasaan
ilmu tertentu. Maka jangan hanya berdiam diri dan pasrah dengan keadaan. Belajarlah pada mereka yang lebih tau dan paham.
2. Alih-alih sebagai predator penyergap, kebanyakan kadal
aktif menjelajahi lingkungannya untuk memburu mangsa.
Artinya
kadal sangat aktif dan bukan seorang pemalas
yang hanya menunggu rezeki Allah. Manusia yang malas dalam mencari rizki maka
dia pola hidupnya harus banyak belajar pada kadal. Ketika mengharapkan nikmat Allah turun maka manusia
harus memaksakan dirinya untuk bergerak dan berusaha. Bangun lebih pagi dari yang lain, belajar lebih rajin
dibanding yang lain, puasa
lebih istiqomah dibanding yang lain,
akhlaq lebih santun dibanding yang lain dan sejuta kemampuan lain yang memang harus kita lebihkan
dibandingkan orang lain yang ”biasa”.
Dengan
kata lain jika kita ingin “istimewa” dan berlebih dihadapan Allah dan makhluknya maka usaha yang
dilakukanpun
harus lebih keras, baru setelah itu semua dilakukan maka doa dan tawakkallah
langkah selanjutnya.
Allah
memang menciptakan
sesuatu tanpa
ada istilah kebetulan. Sejatinya jika kita perhatikan dengan seksama akan selalu ada
ibroh yang bisa diambil Walau dari kadal sekalipun. Jadi manusia setengah kadal kalau
memang baik, kenapa
tidak? Asal jangan jadi manusia kadal betulan
saja.