Selasa, 30 Juli 2013

Manusia Setengah Kadal


  (ketika manusia belajar dari kadal)
Akhir-akhir ini Ustadz (Ust) sering sekali melihat kadal mondar-mandir dengan santainya. Kadang sendiri, berpasangan, bertiga atau bahkan satu geng.  Mereka begitu cuek dan tak peduli sedang Ust perhatikan. Tidak jarang juga kadal-kadal ini nongkrong di selokan deket lapangan volley, ngobrol-ngobrol dibawah kolong wisma (tak tau apa yang diobrolkan) atau bahkan berjemur di lapangan basket.
Masalah perkadalan ini memang sedang menjadi tranding topic dikalangan Santri. Bagaimana tidak? Beberapa orang santri malah menjadikan kamarnya “kebun binatang”, atau tepatnya kebun kadal. Ketika Ust tanyakan kepada salah satu Santri yang kebetulan sedang menjinjing kadal didalam botol dia menjawab: Buat piaraan tadz..
Perlu Ust ingatkan bahwa instruksi Bagian pengasuhan, tidak diperkenankan memelihara binatang piaraan didalam kamar!!!!
Baiklah kita cukupkan pembicaraan tentang  kadal sebagai binatang. Sekarang kita akan bicara tentang pertanyaan:
apakah ada hikmah atau pelajaran yang bisa kita petik dari kadal?
Setelah Ust renungi secara mendalam (sambil menghayal bentuk dan rupa kadal satu keluarga yang sedang berjemur) beberapa diantara hikmahnya adalah:
1.      kadal berdarah dingin (itu sebabnya kadal kerap berjemur)
kadal sadar betul dengan keadaan dirinya yang berdarah dingin. Jika tidak menaikan suhu tubuhnya maka dia bisa  mati. Maka untuk menutupi kekurangannya tersebut kadal rajin menambalnya dengan berjemur. Kitapun manusia haruslah seperti itu. Setiap orang memang memiliki kelebihan dan kekurangan, tapi jangan hanya diam dengan kekurangan yang kita miliki. Maksudnya bukan berarti Ust mengajak kalian untuk menutupi kekurangan dengan segala cara. Semisal operasi plastik, penggunaan obat berbahaya dan sebagainya agar fisik terlihat lebih cantik atau ganteng. Maksud memperbaiki kekurangan disini adalah yang bersifat boleh dan memang harus diperbaiki dan bukan yang bersifat qodrati. Selama masih ada cara dan kekuatan untuk memperbaikinya, kenapa tidak? Asal menggunakan cara yang sesuai dengan kaidah dan norma yang berlaku. Contohnya jika kita memiliki kekurangan dibidang penguasaan ilmu tertentu. Maka jangan hanya berdiam diri dan pasrah dengan keadaan. Belajarlah pada mereka yang lebih tau dan paham.
2.      Alih-alih sebagai predator penyergap, kebanyakan kadal aktif menjelajahi lingkungannya untuk memburu mangsa.
Artinya kadal sangat aktif dan bukan seorang pemalas yang hanya menunggu rezeki Allah. Manusia yang malas dalam mencari rizki maka dia pola hidupnya harus banyak belajar pada kadal. Ketika mengharapkan nikmat Allah turun maka manusia harus memaksakan dirinya untuk bergerak dan berusaha. Bangun lebih pagi dari yang lain, belajar lebih rajin dibanding yang lain, puasa lebih istiqomah dibanding yang lain, akhlaq lebih santun dibanding yang lain dan sejuta kemampuan lain yang memang harus kita lebihkan dibandingkan orang lain yang ”biasa”.
Dengan kata lain jika kita ingin “istimewa” dan berlebih dihadapan Allah dan makhluknya maka usaha yang dilakukanpun harus lebih keras, baru setelah itu semua dilakukan maka doa dan tawakkallah langkah selanjutnya.
Allah memang menciptakan sesuatu tanpa ada istilah kebetulan. Sejatinya jika kita perhatikan dengan seksama akan selalu ada ibroh yang bisa diambil  Walau dari kadal sekalipun. Jadi manusia setengah kadal kalau memang baik, kenapa tidak? Asal jangan jadi manusia kadal betulan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar