Senin, 17 Maret 2014

Lomba Menyanyi Diulang Tahun Rumah Dunia

Suasana pada saat lomba menyanyi
Serang, (16/04) Matahari membakar bumi, tapi 17 peserta lomba menyanyi nampak tidak memperdulikannya. Kompetisi yang menjadi bagian dari rangkaian ulang tahun Rumah Dunia ke-12 ini berjalan dengan meriah. Tanpa rasa takut anak-anak usia SD sampai SMP menunjukan kemampuannya. Ada dua lagu yang harus dibawakan tiap peserta. Pertama lagu wajib Mars Rumah Dunia dan yang kedua lagu pilihan peserta sendiri. Selain menyanyi, aneka lomba yang diadakan adalah menggambar, acting, mengarang dan membaca puisi. 
"Dengan cara seperti ini anak akan menemukan kembali dunianya", terang Jack Alawi (26) salah satu relawan dan panitia kegiatan ini.
Rumah Dunia sendiri merupakan sebuah komunitas literasi yang terletak di kampung Ciloang Kota Serang. Salah satu pendirinya adalah Gol A Gong, seorang jurnalis dan Penulis yang melejit namanya dengan karya Balada Si Roy. "Semoga di ulang tahun yang ke-12 ini Rumah Dunia semakin menginspirasi". Pungkas Gol A Gong menutup obrolan singkat kami.


Ayah Salwa

Semua mata terpaku, terkait dalam jaring yang tak bisa dilepaskan. Sedang sebagian lain, yang sedari tadi masih melihat kiri-kanan, mencoba mencari si sumber suara. Jelas akupun penasaran dengan kegaduhan ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi? Dan darimana suara ini berasal. Tak perlu waktu lama bagi kami untuk menyadari ini semua. Tersangkanya ternyata seorang laki-laki paruh baya, berbadan gempal dan berwajah ceria. Bak sutradara kondang laki-laki ini memakai “topi copet” diatas kepalanya. Warnanya merah menyala. Didepannya berjumel anak-anak seusia sekolah dasar. Mata mereka lekat, tak mau berpaling barang sedetikpun. Sesekali wajah-wajah polos ini dihiasi senyum. Ekspresi lain sejurus muncul. Ada tawa lepas, gregetan, jeritan dan penasaran. Semuanya bagai melodi yang  menyimpulkan satu hal; antusiasme.

Kulihat di belakangku Yehan, cerpenis muda yang karya-karyanya membuatku merinding. Tentu bukan karena takut, tapi kemampuannya dalam mengolah konflik dan mendeskrifsikan perasaan dari tokoh dalam ceritanyalah yang membuatku kagum. Beberapa langkah di depan Intan, sahabatku dari Bandung dan satu orangnya duduk lesehan. Ia nampak menikmati betul apa yang ia lihat dan dengarkan.

“Sampai suatu hari, si pemuda tertidur dengan pulas”, laki-laki paruh baya itu melanjutkan ceritanya. Anak-anak semakin banyak yang mendekati. Caranya bercerita memang sungguh menarik. Ekspresinya bisa sangat kentara. Nyata betul bahwa ia sangat menghayatinya. Beberapa kali dia menampilkan tampilan wajah yang berbeda, disesuaikan dengan kedaan dan tokoh yang ia perankan.

Penasaran, aku bertanya-tanya siapa laki-laki ini. Selidik punya selidik ternyata laki-laki tadi  bernama Bambang Purwanto. Namun dirinya lebih suka disebut “Ayah Salwa”, sesuai dengan nama anak bungsunya, Salwa. Beliau adalah salah satu perserta yang mengikuti kegiatan Jambore Taman Bacaan Masyarakat (TBM) 2014. Dalam buku tamu, tertulis namanya sebagai pendiri TBM AS Lebakwangi, Kabupaten Bandung. “Tulisan –AS- pada –AS Lebakwangi- itu artinya Ayah Salwa”, belum sempat aku bertanya tentang makna penamaan ganjil itu, beliau sudah mendahului jawabnnya. Hah, benar-benar ayah yang penyayang. Namun, saya sendiri kurang suka menamakan lembaga dengan nama seseorang pendirinya. Saya khawatir lembaga itu nantinya terlalu identik dan memiliki ketergantungan besar terhadap yang bersangkutan. Tapi, biarlah. Ini hanya sekededar pendapat. Saya menyadari, secara alami, lembaga dan pendiri serta orang yang mengisinya adalah sebuah ekosistem yang tidak mungkin bisa dipisahkan. Lembaga harus kuat dan mapan secara managemen agar ia tidak tergantung dengan salah satu orang. Sedangkan disisi lain seorang tokoh lembaga juga harus memiliki kualitas yang mumpuni. Karena tokoh/ manusia akan dipersepsikan sebagai produk dari lembaga itu. Jika tokoh/ manusianya bagus maka lembaganya akan dianggap memang menghasilkan orang-orang berkualitas.

Selain Ayah Salwa ada kurang lebih 100-an lebih peserta lain yang berkumpul dari seluruh Indonesia. Kegiatan Jambore TBM ini sendiri dilaksanakan pada tanggal 20 sampai dengan 23 Februari 2014 di TBM Rumah Dunia (RD) Serang. Pendiri RD adalah Gol A Gong, sosok yang sampai dengan tahun ini menjabat sebagai Presiden Forum TBM Indonesia. Sejujurnya saya sendiri tidak bisa mengikuti kegiatan ini secara penuh, tanggung jawab sebagai pendidik membuat saya hanya bisa mengikuti dua dari total empat hari kegiatan. Maka sejak awal kedatangan, saya sudah ber-azzam untuk menyerap sebanyak mungkin ilmu dan pengalaman baik dari pengisi acara maupun perserta lain yang hadir. Suatu penyesalan besar jika tidak memanfaatkan kesempata langka ini.  

TBM AS Lebakwangi sendiri termasuk dalam TBM yang aktif dan berprestasi. Dari buletin Lebakawangi Membaca saya mendapatkan informasi bahwa TBM ini mendapatkan juara ke-2 TBM terbaik se-Jawa Barat tahun 2013. Selain itu, ada sederet kegiatan edukatif lain selain tempat membaca yang dikembangkan. Salah satunya adalah belajar membaca, menulis dan menghitung (CALISTUNG) untuk tingkatan Pra SD. Grafik kedatangan pengunjunnyapun terus naik. Jika pada tahun 2012 ada kurang lebih 7000 pengunjung dan tahun 2013 bertambah sebanyak 2000 orang lagi. Maka sampai dengan Januari 2014 ini saja sudah menyentuh angka 1400 orang.

Aku bersyukur dan menyadari bahwa pertemuan dengan pendiri, pengelola dan relawan TBM se-Indonesia, terutama ayah Salwa membuatku semakin bersemangat mengembangkan TBM  Rumah Cerdas di kampung halaman, Tangerang. TBM yang masih sederhana dan kecil sebenarnya. Tapi bukankah yang besarpun berawal dari yang kecil terlebih dahulu?
Bismillah, aku optimis, dengan Ridha Allah niat suci ini akan terwujud.


Jumat, 07 Maret 2014

Enam Tahun Cinta

Malam ini, tepat enam tahun Bapak meninggalkan kehidupan fana. Saat itu pula (19 tahun) aku resmi menjadi kepala keluarga dr perkumpulan kecil yg terdiri dr Umi (43) aku dan Yulia (10) adiku. Tentu kejadian masih belum apa-apa dibandingkan cobaan orang-orang shaleh dimasa lalu yg pernah tercatat dalam Sejarah. Umi dan aku malam ini bernostalgia tentang adik dan Bapak. Umi cerita bahwa ketika usia tiga tahunan adiku (Saat ini sedang mondok di Bandung) sering membawa barang dagangan sejenis roti dan snack di toko milik keluarga untuk dibagi-bagikan kepada teman-temannya (walau sebenarny sebaiknya ijin dulu). Umi berdoa semoga adiku tetap santun dan ramah pada setiap orang.

Sungguh aku tak berbagi ratapan dan penyesalan dalam cerita ini. Aku hanya rindu pada kalian. Pada Adiku di Bandung, Alm Siti Maryam tetehku, Alm Abdullah kakakku dan Alm Bapak.
Aku ingin menjadi anak dan adik yg baik bagi kalian. Mudah-mudahan Surga menjadi tempat reuni kita. Untuk Umi, aku mencintaimu tanpa syarat...

Sudah ABG

Adiku sedang bermain Pianika


Sebentar lagi adiku menginjak 17 Tahun. Usia yang cukup untuk dikatakan dewasa. Tapi aku tahu betul kedewasaanmu jauh melebihi usiamu. Caramu bersikap, berucap dan memahami orang lain jauh dari gambaran remaja seusiamu yg hidup di kota besar.
Adiku, entah kau ingat atau tidak, dulu jika aku shalat di rumah kau sering naik keatas punggung. mengendap, menungguku sujud, menempel dan cekikikan ditengah penderitaanku menahan beban gempalmu.

Apa kau ingat pula kejadian ketika kita (aku kelas 6 SD dan kau bayi dua tahun), menghidupkan mobil Bapak, memasukan gigi dan menabrakannya ke garasi? Besoknya Bapak kemudian uring-uringan mobilnya penyok.

Aku ingin mengobrol denganmu, sharing denganmu dan bertemu denganmu...
Maret ini Aa Insyaallah menengok ke Bandung.

rosyad_elbantani

Senin, 03 Maret 2014

Ini Tentang Teladan Dimuda Usia


Para Penghapal Qur'an Muda


Menjadi seorang teladan diusia muda itu sulit, tapi bukan mustahil. 

Wahai diri, jadikan mudamu sebagai seorang pencari dan pembagi ilmu.
Bukan pencuri dan pemberdaya khilaf.



wahài jiwa, jika kebijakanmu meneduhkan, maka lakukanlah. Namun jika kelemahanmu yg mengemuka, perbaikilah.



kita hidup karena yg Maha Hidup dan sedang berusaha untuk menghidupi kehidupan melalui kemurahan-Nya



rosyad_elbantani