Rabu, 24 Juni 2020

WFH dan Komitmen



_Work From Home_ (WFH) bagi saya adalah juga tentang ujian komitmen dan keimanan. Ketika melihat ada perusahaan atau sekolah yang manusianya tetap dipaksa sibuk beraktifitas pada saat waktu shalat tiba, maka saya kadang bersuara dalam hati. 
"Ya Allah, jika Kau ijinkan aku memiliki perusahaan sendiri atau sekolah yang saya kelola sendiri maka 30 menit sebelum waktu shalat tiba, akan saya isitrahatkan segala aktifitas karyawan atau siswa dan dipersilahkan untuk melaksanakan shalat tepat waktu dan berjama'ah". 

Saya kadang sering sedih dengan diri sendiri atau orang lain yang ingin melaksanakan shalat tepat waktu tapi terhalang oleh sistem atau atasan yang tidak mengijinkan. 
WFH ini bagi saya adalah juga untuk menguji sejauh mana idealiame saya dalam menekadkan niatan di atas. Kini, dengan kontrol waktu pekerjaan ada di tangan saya, maka seharusnya saya bisa menerapkan untuk shalat tepat waktu. Tidak ada lagi alasan untuk tertinggal shalat tepat waktu. Tapi kenyataannya untuk istiqomah itu memang begitu sulit. Jika tak dipaksa dan kuatkan dengan tekad baja. Shalat tepat waktu dan berjama'ah memang sulit dilaksanakan. 

Semoga kita semua diberikan kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan salah satu amal yang utama ini. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, amalan apakah yang paling afdhol. Beliau pun menjawab, “Shalat di awal waktunya.” (HR. Abu Daud no. 426. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Renungan
#Rosyad_elbantani

Kamis, 04 Juni 2020

Haru

Entahlah,
Disisa sepertiga malam ini ada perasaan lembut yang menyusup di dalam hati.

Sebuah perasaan haru dan kebahagiaan. Haru karena melihat perjuangan dan pengorbanan seluruh relawan, donatur dan pemateri.

Bahagia karena melihat kebahagian di setiap mata dan wajah dari setiap peserta, tamu dan anak anak yatim.

Kawan, bagaimana hati ini tidak haru melihat pontang pantingya relawan mengkonsep, menyiapkan dan mengeksekusi kegiatan dengan segala kekurangan dan keterbatasan.

Siapa juga yang tidak terharu para donatur yang begitu percaya kepada kita yang bukan siapa siapa ini.

Lalu, siapa juga yang tidak terharu melihat para pemateri yg rela dan ikhlas berbagi. Rela berangkat jauh jauh dari Bandung misalnya?
Subhanallah, Allahuakbar...!!!

Kawan,
Apakah kebahagiaan itu juga hadir dalam diri kalian?
Ketika melihat wajah wajah lugu bergembira dalam setiap perlombaan. Mereka bershalawat, menggoreskan pena dan bernyanyi.

Kemudian, mentari kebahagiaan itu terang benderang dalam doa dan harapan anak anak yatim.
Kawan, Merekalah, merekalah  fajar ketentraman dalam kelelahan kita semuanya.

Bahwa semua ini Allah yang menggerakan dan memberikan kekuatan. Bahwa semua ini Allah yang menguatkan dan mengistiqomahkan, bahwa semua ini Allah yang menjadi hulu dan muaranya. Lillah, Fillah...

Terima kasih, terima kasih relawan, donatur, pemateri, peserta dan semua orang yang terlibat dalam kebahagiaan ini.

Salimah,
Dalam sendu malam yang membahagiakan.

rosyad_elbantani
(Founder and Volunter Komunitas Rumah Cerdas Salimah)

Kamis, 28 Mei 2020

Tak Sekedarnya



Lihatlah, lihatlah, bukankah perkara cinta adalah tentang dia yg mau membuka tuk tak sekedar mata,

Selayaknya angkasa yang terbuka diantara gulita,
Ia merelakan dirinya dinikmati,
Tapi tak mengijinkan untuk dimiliki,

Tak ada dari cinta yang pantas kau untuk mengemisinya,
Jikapun harus mengemis, dan itu memang seharusnya,
Maka sang Maha Cintalah pangkal muaranya,

rosyad_elbantani

Jawaban

Jawaban

Sesubuh di puncak gunung bisalah berbeda,
Meratapi awan yang berarak pun mungkin tak berguna,
Semua bisa kembali pada makna, 
Yang terlipat pada simpul keabadian,

Lalu, seumpama raja yang bertahta,
Ia pun kadang bertanya, atau mungkin seringkali,

Dan Saatnya kali ini pertanyaan itu diungkapkan, walau kadang itu tak memerlukan jawaban

Rosyad_elbantani

Penipuan

Hilman meraba-raba kehidupannya. Dulu tak pernah ia berfikir akan  seperti ini. Jalan kerja Tuhan memang berbeda dengan makhluk. Ia Yang Maha Kuasa akan dengan sangat mudah menetapkan garis pada jalan kehidupan seseorang.

Semua berawal pada sepucuk surat berwarna merah jambu dengan gambar hati dikiri-kanannya.

"Aku fikir surat ini salah alamat"
"Fikiranmu seringkali salah, aku tak percaya analisismu", sengit Hilman menanggapi.
Trisno yang sedari awal meragukan originitas surat itu tak rela dikatakan demikian.
" Kau dengar ya Man, surat tanpa alamat pengirim itu surat kaleng!!!", Trisno merangsek, suaranya menggelagar. "Menikah? Jelas ini penipuan!!!.