Kamis, 15 Mei 2014

Ifa dan Hasan #Part 3

#Ifa

Bandung malam hari. Kata orang, udara Bandung makin hari makin pengap dan panas akibat perusahaan otomotif yang ingin meraup keuntungan dari angka produksi kendaraan yang selalu
meningkat. Bagiku, udara Bandung tetap selalu membuat bulu kudukku berdiri, dingin hingga menyusup ke tulang. Hanya ada dua orang yang duduk dalam angkutan kota berwarna ungu ini. Keberadaan penumpang yang hanya dua orang ini seolah menjadi alasan bagi sang supir untuk melajukan mobil pabrikan Jepang ini dengan kecepatan maksimum. Hingga melewati Unisba, tak kunjung ada penumpang lain yang turut serta. Si supir mulai putus asa.

#Hasan

Aku masih terdampar diangkot depan warung Bu Imas. Salah satu tempat kuliner terkenal di kota Bandung. Warung yg tak pernah sepi peminat. Begitu hasil pengamatanku. Padahal disekitaran jalan Balong Gede saja, tempat warung ini berada, setidaknya ada empat bangunan berwarna kuning dan bertuliskan nama Warung Bu Imas didepannya. Dan empat-empatnya selalu ramai pembeli. Aku sendiri pernah dua kali makan siang di tempat ini. Kesimpulannya; Maknyuus.
 Maka, jika ke Bandung dan tidak mampir kewarung Bu Imas rasanya sangat disayangkan. Angkot Kalapa-Dago yg kunaiki sudah 20 menit nongkrong di jalan Balong Gede. Lewat pukul 21. 00. Mobil menuju terminal Dago di ujung jalan Ir. H. Juanda memang kurang semarak. Hal ini bisa dimaklumi karena toko-toko pakaian yg berderet disepanjang jalan Dewi sartika yg menghubungkan Masjid Raya Bandung dengan terminal Kalapa sudah mulai sepi. Penumpang baru akan ramai ketika memasuki lampu merah di depan Bandung Indah Plaza. Jam segini, pusat keramaian Bandung memang akan beralih ke kawasan Bandung Utara. Disana ada banyak tempat nongkrong yang asyik. Dago Plaza, bukit bintang, Resor Dago, Setia Budi dan Lembang adalah sebagaian dari destinasi favorit menghabiskan malam. Ban mobil angkot baru akan berputar, ketika suara di sebrang jalan memanggilku.
"Hasan...hasan....Turun!!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar