#Ifa
Suara itu memaksaku membuka mata. Tepat ketika aku mengerjap untuk kedua kalinya, sosok itu sudah berdiri di hadapanku. Aku tak begitu terkejut.
Namun pria yang bekerja di
bagian restorasi itu tampak mengernyitkan
kening sesaat. Aku menangkap rasa
terkejutnya ketika menatapku. Tidak lama
memang. Namanya Hasan. Aku membaca itu di
kemeja birunya ketika kami bersitatap.
Hasan, dengan keramahan petugas restorasi
yang baru dilatih, berujar padaku, "Pesan
makanannya, Mbak? Kalau pesan makan nanti
tidurnya bisa nyenyak lho, Mbak!" Aku tersenyum
saja mendengar ujarannya, sembari menggelengkan
kepala. Hasan tak menuliskan apa-apa di
notes kecilnya. Rekannya membawa baki
yang berisi empat piring nasi goreng.
Jelas belum ada yang memesan makanan pada
mereka. Naga besi yang kunaiki hampir
menempuh setengah perjalanan. Hasan dan rekannya
sudah melangkah ke gerbong lain. Aku mencoba
menutup mata kembali.
#Hasan
Lencana kugosok, seragam kurapihkan dan sedikit parfum beraroma melon tak
lupa dioleskan dikiri kanan tanganku.
"15 ribu aja kang". Itulah ucapan pak wawan dua hari lalu. Pedagang di depan masjid Raya Kota Bandung. Dia menjelaskan harga
barang jualannya yg kini ada disaku kiri celanaku.
"Bismillah, disini pasti aku berjodoh". Ucapku dalam hati. Sambil
menyungging senyum dan tatanan rambut
klimis "belah" ke kiri. Dandananku tak jauh beda dengan David Beckam pada
pembukaan Olimpiade London tempo hari.
pembukaan Olimpiade London tempo hari.
"Bismillah,
disini aku pasti berjodoh". Langkah
kedua kakiku tegap penuh percaya diri,
diiringi suara gemuruh orang-orang disekitar dan puluhan mata yang memandang membuat aura superstar semakin kentara. Bismillah, disini aku pasti berjodoh". Namun, satu sosok mengacuhkan diriku.
diiringi suara gemuruh orang-orang disekitar dan puluhan mata yang memandang membuat aura superstar semakin kentara. Bismillah, disini aku pasti berjodoh". Namun, satu sosok mengacuhkan diriku.
Ekspresinya datar dan matanya tertutup. Wow, dia tak terpengaruh
kedatangan orang penting nan ganteng!!!
Sedikit kaget akan respons yg tak terduga, kucoba cara lain.
"Ehm...ehm...".Jurusku keluar.
Matanya terbuka, menatap 45 derajat kearah wajah, turun 10 derajat ke arah
dada .
"Nasi goreng Mba? Biar nanti tidurnya lebih pulas",
ucapku.
Dan….
tik...
tik...
tik...
tik...
tik...
tik....
tik...
tujuh detik kemudian matanya tertutup kembali. Hah, gerbong ini ternyata bukan jodohku. Tak ada satupun yang mau dan berminat membeli nasi goring yang aku dan temanku bawa. Jurus tebar pesona yang terbungkus senyum palsu ternyata tak mempan untuk berdagang.
tik...
tik...
tik...
tik...
tik...
tik....
tik...
tujuh detik kemudian matanya tertutup kembali. Hah, gerbong ini ternyata bukan jodohku. Tak ada satupun yang mau dan berminat membeli nasi goring yang aku dan temanku bawa. Jurus tebar pesona yang terbungkus senyum palsu ternyata tak mempan untuk berdagang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar