Selasa, 17 Desember 2013

KORELASI PENDIDIKAN DAN KELUARGA DALAM BINGKAI KEISLAMAN


KORELASI PENDIDIKAN DAN KELURGA DALAM BINGKAI KEISLAMAN
Oleh: rosyad_elbantani
(Koordinator Komunitas Peduli Pendidikan Tangerang)

Permasalahan pendidikan di negeri ini bukan merupakan hal baru. Tiap hari kita disugihi dengan berbagai macam tayangan televisi, berita online, koran ataupun pembicaraan orang-orang yang mengangkat tentang problematika dunia pendidikan di Indonesia. Beberapa waktu lalu misalnya, kita dimarakan dengan adanya peristiwa pembajakan sebuah bus oleh sekelompok siswa SMA  di Jakarta. Ironisnya bus tersebut akan dipergunakan untuk menyerang sekolah lain.
Penulis tidak dalam posisi menentukan apakah perilaku anak-anak abg ini terklasifikasikan sebagai tindakan kriminal atau hanya kenakalan remaja. Yang pasti, diluar kasus penyerangan bus, ada begitu banyak sekali pemasalahan yang melibatkan anak-anak sekolah atau anak-anak usia sekolah. Penggunaan narkoba, pergaulan bebas, tawuran dan mengkonsumsi minuman keras adalah sederet kasus lain yang mengisi list berita-berita dimedia masa, baik cetak maupun elektronik.
Sekolah yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tapi juga akhlaq
Penyebab
Dalam konteks sosial, termasuk didalamnya permasalahan sosial. Hampir bisa dipastikan bahwa tidak ada penyebab tunggal yang membuat seorang siswa/anak melakukan tindakan negatif. Keluarga, sekolah atau lingkungan bisa saja berperan besar memberikan akses negatif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Namun, dari sekian banyak kasus yang melibatkan anak sekolah atau usia sekolah diperoleh sebuah benang merah bahwa secara general anak-anak ini biasanya dibesarkan dari keluarga yang sibuk atau kurang memiliki kepekaan terhadap anak-anaknya.
Para orang tua seakan membagi tugas mendidik layaknya dua garis yang berlawanan arah. Orang tua mencari nafkah untuk keperluan kehidupan keluarga dan  pihak sekolahlah yang akan mendidik anak-anak mereka. Persepsi demikian lahir disebabkan karena adanya kesalahan sudut pandang yang menganggap pendidikan hanya dilakukan oleh lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah yang sudah mereka bayar sebagai tempat anak-anaknya belajar sehari-hari. Padahal proses pendidikan tidak bisa diserahkan begitu saja pada satu pihak. Baik keluarga, lingkungan dan sekolah memiliki saham untuk membentuk seorang anak mendapatkan pemahaman pendidikan yang baik dan benar, termasuk didalamnya dari segi etika.
Peran keluarga dalam pendidikan
Dalam peribahasa Arab dikenal sebuah istilah Al baytu madrasatul ‘ula, yang berarti keluarga merupakan tempat pertama seseorang untuk belajar. Dalam sudut pandang Sosiologi, keluarga merupakan salah satu lembaga sosial yang utama. Keluarga juga menjadi dasar melalui mana semua lembaga sosial lainnya berkembang. Seperti lembaga pendidikan, ekonomi, politik dll. Sederhananya, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi fokus terpenting dalam kehidupan individu.
Jika ruang lingkupnya kita perluas maka keluarga merupakan jiwa dan tulang punggung suatu negara. Quraish Shihab (1992) misalnya mengatakan bahwa  kesejahteraan lahir-batin yang dialami negara adalah cerminan dari situasi keluarga yang hidup ditengah-tengah masyarakat negara itu sendiri. Sedangkan Sukayat (2001) menambahkan bahwa negara yang ingin mendapatkan predikat baldah toyyibah haruslah dibangun oleh masyarakat yang marhamah. Pondasi utama dari masyarakat yang marhamah adalah keluarga yang sakinah. Sedangkan pilar yang harus ditegakan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah adalah aqidah, mawaddah dan rahmah.
Kebahagian berkeluarga, itulah kunci dalam memperbaiki karut-marutnya permasalahan pendidikan di Indonesia. Menurut Fritz Damanik (2013) mengutip pernyataan Nicholas Stinet (1992) mengatakan bahwa keluarga bahagia cenderung memiliki hal-hal khas. Poin-poin itu adalah menghabiskan banyak waktu bersama, mampu memuji dengan cepat, bertekad meningkatkan kesejahteraan satu sama lain, menghabiskan banyak waktu berbincang-bincang dan saling mendengarkan, religius dan menghadapi krisis ataupun masalah dengan cara yang positif.
Keluarga yang harmonis akan sangat mempengaruhi perkembangan anak
Pada akhirnya keluarga yang bisa menerapkan prinsip  aqidah, mawaddah dan rahmah merupakan keluarga bahagia yang akan sangat membantu proses perkembangan anak. Selain itu keluarga yang baik, dalam hal ini orang tua juga harus berusaha menjaga dan memberikan pemahaman tentang sesuatu yang harus mereka patuhi dan jauhi. Allah SWT berfirman dalam surat At Tahrim ayat 6 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya ialah mansia dan batu; Penjaganya Malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

Jelaslah semuanya bahwa Islam mengajarkan dan memberikan pemahaman pada kita semua bahwa keluarga yang mengenalkan, mengajarkan dan membiasakan anak tentang bagaimana harus bicara, bagaimana harus bersikap dan bagaimana harus bertindak seperti yang seharusnya dilakukan seorang manusia beradab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar