AL
QUR’AN DALAM DIMENSI SEJARAH
By: Ahmad Rosadi, S. Pd (Socio-History Teacher
of Daar el Qolam 3)
Sebagai
makhluk yang hidup dalam sebuah ruang kehidupan, maka secara otomatis
manusia terikat juga oleh sebuah dimensi waktu. Dengan kata lain dalam menjalankan
kehidupannya manusia haruslah melihat dan memperhatikan waktu yang telah,
sedang dan akan ia alami kelak. Sebagai
umat muslim yang menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidupnya, sudah
selayaknya kita memperhatikan apa yang ada dalam Al Qu’ran baik yang sifatnya
tersurat maupun tersirat. Tidak heran
kiranya jika kemudian salah seorang orientalis Prancis yang bernama Napoleon
pernah mengatakan bahwa the principle of Qur’an Wich alone a treaching can
lead man to happaness (Sukayat, 2001: 75)
Dalam konteks yang lain, Yuristiadhi dalam artikelnya yang berjudul Empat Fungsi Sejarah menurut Al-Qur’an menerangkan bahwa hampir sepertiga dari Al Qur’an berisi kisah masa lalu dari ummat-ummat terdahulu baik yang shaleh maupun yang ingkar bagaimanapun seharusnya berfungsi sebagai pengingatan ummat yang hidup hari ini agar berkaca pada masa lampau. Secara tidak langsung, bisa dimaknai bahwa Islam memerintahkan pemeluknya untuk berkaca dan belajar pada sejarah melalui tadabbur dan tafakkur atas ayat-ayat yang termaktub dalam Al-Qur’an (http://sejarah.kompasiana.com/2011/12/29/4-fungsi-sejarah-menurut-al-quran)
Pertanyaannya adalah mengapa
sejarah demikian penting menurut Al-Qur’an? Dalam surat Huud ayat 120 yang
artinya disebutkan “Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan
kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam
surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.”, masih menurut Yuristiadhi setidaknya
ada empat fungsi sejarah yang tersurat di sana, yaitu:
1. Sejarah berfungsi sebagai peneguh hati
Dalam surat al-Kahfi, Allah SWT mengisahkan ada
sekelompok pemuda yang mengasingkan diri ke dalam goa dalam rangka menghindari
pemimpin dhalim yang memimpin negeri mereka. Dalam upaya menyelamatkan imannya
itu, atas izin Allah SWT, mereka tertidur dalam goa tersebut selama 309 tahun.
Ketika terbangun, mereka sudah menemukan hewan yang dibawanya hanya tersisa
tulang dan ketika mereka menuju ke sebuah pasar untuk membeli makanan, uang
yang dipakai untuk membayar sudah tidak laku lagi. Pemimpin dhalim yang
mengancam iman merekapun ternyata telah meninggal. Hikmah yang bisa diambil
dari kisah pemuda kahfi bahwa keimanan atas Allah SWT perlu diperjuangkan penuh
pengorbanan. Teladan dari ashabul kahfi itu seharusnya bisa meneguhkan
hari kita agar selalu beriman kepada Allah SWT.
2. Sejarah berfungsi sebagai pengajaran
Dalam surat al-‘Araf 73-74, Allah SWT
mengisahkan bagaimana Allah SWT memberi peringatan kepada Kaum Tsamud, kaumnya
Nabi Shaleh AS yang ingkar kepada Nabi dan Tuhan mereka. Mereka justru memahat
gunung-gunung menjadi rumah-rumah yang megah dan mewah serta melupakan
nikmat-nikmat yang telah diberikan. Mereka beramai-ramai juga membunuh unta
Nabi Shaleh yang merupakan mukjizat yang diberikan Allah SWT. Maka Allah SWT
kemudian mengirimkan petir yang menggelegar dan meluluh lantakkan kaum Tsamud.
Namun menariknya, Allah SWT masih menyisakan bangunan-bangunan tersebut sebagai
pengajaran kepada manusia yang hidup setelahnya bahwa dahulu, sebelum masehi,
perkembangan arsitektur manusia sudah berkembang pesat. Sebuah simbol peradaban
manusia pada zaman lampau yang dicatat oleh al-Qur’an sebagai pengajaran bagi
manusia hari ini.
Selain itu dalam Sukayat (2001: 77) dikatakan bahwa
Imam Ghozali dalam Jawahir Al Qur’an mengatakan, bahwa seluruh cabang
ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang datang kemudian, yang telah diketahui
dan maupun yang belum, semuanya bersumber dari Al Qur’anul karim.
3. Sejarah berfungsi sebagai peringatan
Banyak kisah masa lalu dalam al-Qur’an yang
bisa diambil pelajaran. Kisah Fir’aun yang menentang Nabi Musa AS hingga
akhirnya ditenggelamkan ke dalam Laut Merah salah satunya. Keangkuhan Fir’aun
tidak hanya dalam penentangannya atas Nabi Musa AS. Lebih dari itu, dia mengaku
menjadi Tuhan yang bisa menghidupkan dan mematikan manusia. Hingga hari ini,
jasad Fir’aun atau Pharaoh yang menjadi raja Mesir ketika itu masih bisa
disaksikan disemayamkan di bawah Piramid di daerah Giza, Mesir. Melalui sejarah
tentang Fir’aun yang termaktub dalam al-Qur’an, Allah SWT ingin memberi
peringatan kepada manusia agar tidak sombong dan ingkar kepada peringatan Allah
SWT yang disampaikan melalui Nabi dan Rasul. Terlebih lagi mengaku dirinya
lebih hebat ataupun setara dengan Allah SWT, ataupun menuhankan Tuhan lain
selain Allah SWT. Na’udzubillahimindzalik.
4. Sejarah sebagai sumber kebenaran
Jaminan kebenaran al-Qur’an telah termaktub
tegas dalam surat al-Baqarah ayat 2, “Kitab ini tidak ada keraguan di
dalamnya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” Jadi, kisah-kisah
sejarah yang termaktub dalam kitab ini mutlak kebenaran dan keabsahannya.
Sejarah yang ditulis al-Qur’an bukanlah sejarah yang penuh rekayasa dan sarat
kepentingan seperti halnya sejarah-sejarah yang ada sekarang. Fakta-fakta
sejarah dalam al-Qur’an sangat bisa dijadikan sumber sejarah. Historiografi
dalam al-Qur’an bisa dijadikan contoh bagaimana seharusnya sejarah ditulis.
Allah SWT sangat expert memberi contoh bagaimana menulis sejarah.
Sejarah untuk Masa Depan
Dengan sejarah yang tertulis dan dikisahkan
oleh al-Qur’an, umat Islam dituntut untuk bisa berfikir (Al-A’raaf : 176).
Maksudnya, manusia seharusnya menjadikan sejarah sebagai pelajaran dan
peringatan untuk menentukan langkah berikutnya dari suatu kesinambungan risalah
dalam menggapai tujuan li ‘ila kalimatillah. Apa yang terjadi pada masa
lampau seharusnya dijadikan pelajaran berharga dalam menjalankan tugas-tugas
kekhalifahan manusia hari ini.
Selain menjelaskan fungsi sejarah, Al-Qur’an juga menegaskan tentang akhir dari perjalanan sejarah. Menurut Al-Qur’an nasib akhir sejarah adalah kemenangan keimanan atas kekafiran, kebajikan atas kemunkaran, kenyataan ini merupakan satu janji dari Allah SWT yang mesti terjadi. Allah SWT pun menyampaikan, layaknya roda, hari-hari itu berputar, begitu juga nasib manusia yang diganti, sesekali merasakan di atas dan sesekali merasakan di bawah. Perputaran itu bisa kita lihat dari sejarah. Selamat bermuhasabah dengan sejarah. (http://sejarah.kompasiana.com/2011/12/29/4-fungsi-sejarah-menurut-al-quran)
Maka lengkap kiranya jika diakhir tulisan ini
saya menuliskan sebuah syair dengan judul yang sama seperti tulisan diatas
sejarah mengajarkan pada kita tentang
bagaimana harus bersikap,
sejarah memberikan pemahaman pada qt
tentang bagaimana harus berjuang..
sejarah adalah realita kehidupan
sejarah tidak berulang,tapi penomena nya
selalu berulang
sejarah memberikan petunjuk pada qta untuk
menoleh kebelakang dan menatap masa depan.
dari sejarah kita bisa berfikir
bahwa hanya mereka yang berani berjuanglah
yang akan menjadi pemenang,
sedang bagi mereka yang terus meratpi
keadaan
tak mau bersyukur atas kemurahan Tuhan,
hanya akan menjadi pecundang..
semoga suatu saat nanti,
ketika sejarah dibuat oleh anak cucu kita,
maka nama kita tertulis sebagai seorang
pemenang
Semoga..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar