Selasa, 20 November 2012

CERPEN: Iblis Dizholimi Manusia


Iblis Dizholimi Manusia
Oleh: Ahmad Rosadi, S.Pd (Socio-History Teacher of Daar el Qolam)  
Email: rosyadalbantani@gmail.com

Suatu sore di sebelah barat kampung Rawa Mekar terjadi pesta besar-besaran. Hari itu adalah hari ulang tahun Marwox, salah satu orang yang paling terkenal dikampung. Kepopulerannya bisalah disandingkan dengan selebritis Indonesia yang ketauan abis nge-date sama tukang bakso keliling yang sering mangkal didepan rumahnya yang mewah, kemudian kepergok wartawan infotainment, terus wara wari di televisi yang tayang saban subuh sampe abis Isya ga ada putus-putusnya, bahkan lebih sering dari salat lima waktu. Di negeri ini infotainment memang tayangan yang menarik dan istiqomah pada jalurnya. Walau harus diakui kadang-kadang atau mungkin seringkali isinya sangat tidak mendidik dan tak layak disaksikan.
Ratusan bahkan ribuan tamu nampak hadir memenuhi undangan tuan rumah. Melihat dari tata cara berpakaian, cara berjalan, bau parfum yang terendus hidung dan dasi yang mereka kenakan, terlihat jelas bahwa orang-orang ini bukanlah tamu biasa. Semuanya boleh dikatakan memiliki pengaruh dan kedudukan ekonomi menengah keatas.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah siapakah Marwox ini?
Seberapa pentingkah dia sehingga banyak tamu yang datang adalah mereka yang punya nama. Apakah dia seorang Presiden? Pegawai di Dirjen Pajak yang basah itu? Atau mungkin dia adalah juragan tambang yang mengeksploitasi tanah dinegeri ini dengan seenaknya, menggerus kesuburan tanah dan menggantinya dengan kekeringan? Mungkin juga dia seorang saudagar penjual kelapa sawit yang memiliki jutaan hektar kebun, yang 0,35 % nya adalah tanah warisan kakeknya, 70 % nya diambil dari hutan lindung, 29 % nya dari tanah penduduk dan 0,65 % nya dari tanah bekas rumahnya dulu hasil pemberian mertua yang kebetulan punya vila deket hutan lindung tersebut?
jangan kaget, orang yang kita bicarakan ini memang bukan seperti yang tersebut diatas. Karena dia memang bukan Presiden, bukan pegawai Dirjen Pajak, bukan juragan tambang dan bukan pula juragan kelapa sawit, dan yang lebih lagi penting dia memang bukan manusia!!!
Lho memangnya siapa Marwok itu?
Ya…yang kita bicarakan ini adalah anak tunggal dari pasangan Iblis atau Setan (terserah anda mau memilih yang mana). Marwox adalah anak dari Marmar dan Mirmir yang Setan tulen, garis miring Setan sesetan setannya. Tidak ada darah campuran ataupun hasil naturalisasi dari bangsa lain, seperti yang dilakukan oleh PSSI beberapa saat lalu. 10000 % mereka sekeluarga adalah setan.
Marmar dan Mirmir merupakan tokoh terkenal dan sudah malang melintang didunia persetanan dalam kurun waktu yang cukup lama. Beda halnya dengan Marwox, Setan ini baru beranjak dewasa dan mulai mendalami apa arti dari sebuah kehidupan. Sederhananya Setan yang satu ini boleh kita sebut sebagai Setan muda yang beranjak dewasa. Umurnya baru sekitar dua ratus tahun, atau baru memasuki masa pubertas.
Kehidupan keluarga Iblis ini tentram, tenang, dan damai. Badannya sehat, gizinya terpenuhi, harum dan terlihat selalu memakai pakaian yang rapih. Setiap wekeend Mirmir rutin belanja, dan anaknyapun selalu diantar oleh sopir tiap kali berangkat sekolah. Tempat sekolahnyapun tidak sembarangan, terletak disebuah bangunan tua bekas zaman Belanda dulu. Sekolah elit tempat anak-anak pejabat. Sejauh yang saya ketahui berdasarkan terawangan beberapa orang. Tidak gampang bangsa Iblis bisa memasukan anaknya ke sekolah tersebut. Selain biayanya yang sangat mahal, setiap calon siswa yang mau masuk harus melewati beberapa tes. Dari mulai tes akademik, bakat, dan akhlak. istilah indonesia-nya kehidupan keluarga ini sudah masuk klasifikasi gemah ripah loh jinawi.
Suatu waktu pernah saya mengobrol dengan Marmar di dekat pohon jambu yang sudah gundul daunnya, karena nenek-nenek yang tinggal didekat pohon jambu itu membakar sampah dibawahnya.
“Mar, kayanya hidup ente bahagia banget, apa sih kiat-kiatnya?” saya bertanya.
“Fokus pada kemampuan, buat keputusan yang tepat, disiplin dan jangan berhenti belajar”.
Jawaban yang sangat luar biasa!! Cerdas, berbobot dan insfiratif. Nyata sekali jawaban ini diambil dari pengalaman hidup yang biasa dia lakukan sehari-hari. Mendapatkan jawaban seperti itu hati serasa diguyur oleh seember air danau yang segar. Sungguh menyejukan.
Pernah juga terpikir kalau semisal Iblis ini jadi politisi, minimal lurah. Kemungkinan wilayah yang dia pimpin akan memiliki Gross National Product diatas rata-rata negara berkembang. Maaf kata, bukannya tidak percaya pada politisi kita, tapi mengharapkan mimpi seperti itu dari para politikus di Republik ini memang sungguh beresiko. Semua manusia dinegeri ini sudah tahu bahwa menggantungkan harapan kepada para pejabat, seperti mengharapkan bertemu bidadari turun dari pelangi, mandi di sungai, bajunya hilang, kemudian nyari bajunya yang hilang itu dan ujung-ujungnya tersesat didapur rumah kita. Sungguh menyedihkan.
Pemikiran yang sedikit nyeleneh sebenarnya, dan bisa jadi menyinggung pejabat yang mendengarnya. Tapi tak apalah, saya ini kan rakyat, nama nya kritik sekali-kali boleh kan, lagi pula doa saya untuk pemimpin negeri ini lebih sering dari pada kritik kepada mereka.
*******
Beberapa bulan kemudian keadaan Marmar dan keluarga yang serba enak itu kemudian berbeda, sangat jauh berbeda malah. Hampir setiap waktu Marmar tertunduk lesu. Entah apa yang terjadi padanya saat itu, yang jelas pakaian Iblis yang satu ini terlihat kumal dan bau. Melihat keadaannya yang seperti itu. Saya taksir kalau Marmar sudah tidak mandi kurang lebih satu mingguan. Bau apek yang tercium dari sekujur tubuhnya jadi jaminan kalau dugaan saya memiliki kekuatan akademis, tidak semata sebuah prediksi yang tidak berdasar.
Sebagai tetangga yang baik, tersentuh juga melihat keadaannya. Akhirnya dengan perasaan yang sedikit was-was saya pun bertanya,
"Mar, lagi ngapain ente, keliatannya ada masalah ya?"
"eh ente ahmad kan?, Ia nih, ane lagi ada masalah. biasa ada sangkut pautnya ama kerjaan gitu lah". Marmar menjawab sambil berdiri.
“hemmm”. Dengan sedikit keraguan, saya melanjutkan pertanyaan.
"masalah apa gitu, kayanya rumet banget yaa?"
Dengan sedikit meraung, sang Iblis cerita.
"gini mad, tau kan kerjaan ane tuh apa?" Marmar balik bertanya.
"ngegodain manusia?" jawab saya dengan segera
"ya, betul banget, dalam dunia Iblis, ane kerja di Departemen Penggoda Pejabat"
"terus?"
"dulu", Mar-mar memasang muka menerawang, mencoba mengingat masa silam yang pernah ia alami.
"gampang banget kalo mau dapat penghasilan, tinggal goda sedikit para pejabat udah mau ngikutin kehendak kami”. Mar-mar mulai bercerita.
"seleweng ama pembantulah, selingkuh ama sekretarislah, nilep uang pegawai lah. pokoknya gampang....!!". Wajahnya yang tadi keliatan sedih sekarang menjadi garang.
"tapi sekarang manusia udah keterlaluan, mereka udah ngerebut lahan kerja ane!!!”. Mar-mar mulai berdiri! Saya mulai berhati-hati.
“Maksudnya?” saya penasaran
“ manusia sekarang sangat licik, mereka mengajak orang  lain untuk berbuat tidak benar. Padahal urusan menggoda manusia itu urusan kami, manusia ga usah ikut-ikutan segala!!. Parahnya lagi, sekarang manusia bisa lebih bejat dari iblis, mereka melakukan korupsi dan menggoda manusia lain untuk melakukan korupsi berjamaah". Nada suaranya semakin tinggi.
"Belum dampak moral yang diakibatkan, sekarang banyak generasi iblis yang ikut-ikutan mau korupsi, padahal waktu zaman ane kecil dulu, Iblis ga pernah tuh korupsi, haram bagi kami melakuakn korupsi sesama Iblis, semua tindakan disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku di alam kami. Tidak salah lagi semua kekacauan ini gara-gara manusia!!!".
Saya mundur beberapa langkah, dalam situasi seperti ini saya harus siap dengan resiko yang mungkin terjadi.
“MAD...!!! KAMU DENGERIN SAYA GA???”. Bentakan Mar-mar membuat saya melangkah mundur dua langkah.
“I..i...ia, saya denger ko, trus apa yang mau ente lakuin?
“itulah pertanyaan yang juga ada dikepala saya”.
Terlihat wajah garang diwajahnya mulai memudar, digantikan dengan wajah hampa, putus asa dan kebingungan. Hati saya tak tega juga melihat situasi seperti ini. Akhirnya saya dekati dia, sambil mencoba memegang pundaknya saya berkata, “Mar, ente jangan terus menerus bersedih, apalagi berputus asa, yakinlah segala sesuatu pasti ada jalan keluarnya, dan yang tidak kalah penting adalah kita harus terus bergerak dan jangan berdiam diri dengan suatu keadaan, yakinlah semua ini adalah cobaan”.
Kemudian saya mengutip sebuah kata-kata sakti dari seorang Trainer Motivation yang pernah saya dengar:
Sadarlah, manakala diri ini puas dan merasa nyaman pada sebuah titik maka hal itu akan membuat segala sesuatu menjadi stagnan dan cenderung pasif.
Kita akan berat untuk berusaha mencapai titik lain, titik yang sebenarnya bisa mengantar kan kita pada kedaan yang lebih baik.
Janganlah lupa, bahwa hati, fikiran, dan tubuh bagaikan kesatuan yang tak terelakan,
untuk dapat survive mereka butuh sesuatu yang mobile,
selalu energik dan aktif .
ingat, gasing itu hanya bisa berdiri manakala dia terus berputar,
ketika dia berhenti maka dirinya akan goyah, oleng dan pada akhirnya terjatuh
maka beraktifitaslah,
bergeraklah mencari tantangan,
jangan biarkan kreasimu terbentur oleh dinding kemalasan
Biarkan tubuh dan jiwa ini merasakan saripati kehidupan.
merasakan bau tanah saat hujan
atau terik surya yang membakar ,
lalu belajarlah, renungi dan bertindaklah

Diberikan kata-kata dahsyat seperti itu raut wajah Marmar sedikit bertambah cerah. Sebenarnya setelah saya pikir-pikir kata-kata tadi kurang begitu nyambung, tapi tak apalah yang penting dia semangat. He..
Setelah melihat kondisi yang lebih mengenakan saya memberikan saran kepada Marmar, “Cobalah diskusikan ini dengan seorang Psikolog atau ahli hukum, Polisi mungkin?. Laporin aja tindakan pejabat korup yang ente  ceritain tadi. Mudah-mudahan dapat jalan keluar yang lebih baik”.
*******

Beberapa minggu setelah kejadian itu saya tidak melihat Marmar dan keluarganya, kediamannya menjadi sangat sepi dan seakan tak berpenghuni. Tidak terlihat aktivitas yang selama ini sering mereka lakukan bersama. Sempat pula bertanya pada Setan yang kebetulan lewat. Tapi hasilnya nihil, Marmar dan keluarga seakan hilang ditelan bumi.
Sampai pada suatu hari saya membaca sebuah koran lokal yang dibagian pojok kanan atasnya terlihat sebuah judul berita yang hampir saja membuat saya jatuh pingsan,

“Setan memfitnah dan mencemarkan nama baik manusia dihukum 200 tahun penjar
a
Dibawahnya saya membaca bahwa seorang setan berinisial “M” ditangkap oleh Polisi dikarenakan memberikan laporan palsu, disebutkan bahwa Setan tersebut mencoba memfitnah salah seorang pejabat di Republik ini yang dilaporkannya telah melakukan tindak pidana korupsi dan menzholimi bangsanya. Dibawah tulisan tersebut terpampang wajah mar-mar yang lebam dan bersimbah darah disana-sini. Tidak terlihat lagi senyuman yang selama ini selalu berkembang di bibirnya. Entah dimana dan bagaimana nasib istrinya Mirmir dan anak semata wayang mereka Marwox.
Saya menyesal memberikan saran kepada Marmar untuk melaporkan keadaannya kepada penegak hukum. Tidak terpikir bisa sejauh ini akibatnya. Dinegeri sentosa ini ternyata banyak manusia yang akhlaknya sangat mengkhawatirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar