Iblis Dizholimi Manusia
Oleh: Ahmad Rosadi, S.Pd (Socio-History Teacher of Daar el Qolam)
Email: rosyadalbantani@gmail.com
Suatu
sore di sebelah barat kampung Rawa Mekar terjadi pesta besar-besaran. Hari itu
adalah hari ulang tahun Marwox, salah satu orang yang paling terkenal
dikampung. Kepopulerannya bisalah disandingkan dengan selebritis Indonesia yang
ketauan abis nge-date sama tukang bakso keliling yang sering mangkal
didepan rumahnya yang mewah, kemudian kepergok wartawan infotainment, terus
wara wari di televisi yang tayang saban subuh sampe abis Isya ga ada
putus-putusnya, bahkan lebih sering dari salat lima waktu. Di negeri ini infotainment
memang tayangan yang menarik dan istiqomah pada jalurnya. Walau harus
diakui kadang-kadang atau mungkin seringkali isinya sangat tidak mendidik dan
tak layak disaksikan.
Ratusan
bahkan ribuan tamu nampak hadir memenuhi undangan tuan rumah. Melihat dari tata
cara berpakaian, cara berjalan, bau parfum yang terendus hidung dan dasi yang
mereka kenakan, terlihat jelas bahwa orang-orang ini bukanlah tamu biasa.
Semuanya boleh dikatakan memiliki pengaruh dan kedudukan ekonomi menengah
keatas.
Pertanyaan
yang kemudian muncul adalah siapakah Marwox ini?
Seberapa pentingkah dia sehingga banyak tamu yang datang adalah mereka yang punya nama. Apakah dia seorang Presiden? Pegawai di Dirjen Pajak yang basah itu? Atau mungkin dia adalah juragan tambang yang mengeksploitasi tanah dinegeri ini dengan seenaknya, menggerus kesuburan tanah dan menggantinya dengan kekeringan? Mungkin juga dia seorang saudagar penjual kelapa sawit yang memiliki jutaan hektar kebun, yang 0,35 % nya adalah tanah warisan kakeknya, 70 % nya diambil dari hutan lindung, 29 % nya dari tanah penduduk dan 0,65 % nya dari tanah bekas rumahnya dulu hasil pemberian mertua yang kebetulan punya vila deket hutan lindung tersebut?
Seberapa pentingkah dia sehingga banyak tamu yang datang adalah mereka yang punya nama. Apakah dia seorang Presiden? Pegawai di Dirjen Pajak yang basah itu? Atau mungkin dia adalah juragan tambang yang mengeksploitasi tanah dinegeri ini dengan seenaknya, menggerus kesuburan tanah dan menggantinya dengan kekeringan? Mungkin juga dia seorang saudagar penjual kelapa sawit yang memiliki jutaan hektar kebun, yang 0,35 % nya adalah tanah warisan kakeknya, 70 % nya diambil dari hutan lindung, 29 % nya dari tanah penduduk dan 0,65 % nya dari tanah bekas rumahnya dulu hasil pemberian mertua yang kebetulan punya vila deket hutan lindung tersebut?
jangan
kaget, orang yang kita bicarakan ini memang bukan seperti yang tersebut diatas.
Karena dia memang bukan Presiden, bukan pegawai Dirjen Pajak, bukan juragan
tambang dan bukan pula juragan kelapa sawit, dan yang lebih lagi penting dia
memang bukan manusia!!!
Lho memangnya siapa Marwok itu?
Ya…yang
kita bicarakan ini adalah anak tunggal dari pasangan Iblis atau Setan (terserah
anda mau memilih yang mana). Marwox adalah anak dari Marmar dan Mirmir yang Setan
tulen, garis miring Setan sesetan setannya. Tidak ada darah campuran ataupun
hasil naturalisasi dari bangsa lain, seperti yang dilakukan oleh PSSI beberapa
saat lalu. 10000 % mereka sekeluarga adalah setan.
Marmar
dan Mirmir merupakan tokoh terkenal dan sudah malang melintang didunia
persetanan dalam kurun waktu yang cukup lama. Beda halnya dengan Marwox, Setan
ini baru beranjak dewasa dan mulai mendalami apa arti dari sebuah kehidupan.
Sederhananya Setan yang satu ini boleh kita sebut sebagai Setan muda yang
beranjak dewasa. Umurnya baru sekitar dua ratus tahun, atau baru memasuki masa
pubertas.
Kehidupan
keluarga Iblis ini tentram, tenang, dan damai. Badannya sehat, gizinya
terpenuhi, harum dan terlihat selalu memakai pakaian yang rapih. Setiap wekeend
Mirmir rutin belanja, dan anaknyapun selalu diantar oleh sopir tiap kali
berangkat sekolah. Tempat sekolahnyapun tidak sembarangan, terletak disebuah
bangunan tua bekas zaman Belanda dulu. Sekolah elit tempat anak-anak pejabat.
Sejauh yang saya ketahui berdasarkan terawangan beberapa orang. Tidak
gampang bangsa Iblis bisa memasukan anaknya ke sekolah tersebut. Selain
biayanya yang sangat mahal, setiap calon siswa yang mau masuk harus melewati
beberapa tes. Dari mulai tes akademik, bakat, dan akhlak. istilah indonesia-nya
kehidupan keluarga ini sudah masuk klasifikasi gemah ripah loh jinawi.
Suatu
waktu pernah saya mengobrol dengan Marmar di dekat pohon jambu yang sudah
gundul daunnya, karena nenek-nenek yang tinggal didekat pohon jambu itu
membakar sampah dibawahnya.
“Mar,
kayanya hidup ente bahagia banget, apa sih kiat-kiatnya?” saya bertanya.
“Fokus
pada kemampuan, buat keputusan yang tepat, disiplin dan jangan berhenti
belajar”.
Jawaban
yang sangat luar biasa!! Cerdas, berbobot dan insfiratif. Nyata sekali jawaban
ini diambil dari pengalaman hidup yang biasa dia lakukan sehari-hari.
Mendapatkan jawaban seperti itu hati serasa diguyur oleh seember air danau yang
segar. Sungguh menyejukan.
Pernah
juga terpikir kalau semisal Iblis ini jadi politisi, minimal lurah. Kemungkinan
wilayah yang dia pimpin akan memiliki Gross National Product diatas
rata-rata negara berkembang. Maaf kata, bukannya tidak percaya pada politisi
kita, tapi mengharapkan mimpi seperti itu dari para politikus di Republik ini
memang sungguh beresiko. Semua manusia dinegeri ini sudah tahu bahwa
menggantungkan harapan kepada para pejabat, seperti mengharapkan bertemu
bidadari turun dari pelangi, mandi di sungai, bajunya hilang, kemudian nyari
bajunya yang hilang itu dan ujung-ujungnya tersesat didapur rumah kita. Sungguh
menyedihkan.
Pemikiran
yang sedikit nyeleneh sebenarnya, dan bisa jadi menyinggung pejabat yang
mendengarnya. Tapi tak apalah, saya ini kan rakyat, nama nya kritik sekali-kali
boleh kan, lagi pula doa saya untuk pemimpin negeri ini lebih sering dari pada
kritik kepada mereka.
*******
Beberapa
bulan kemudian keadaan Marmar dan keluarga yang serba enak itu kemudian
berbeda, sangat jauh berbeda malah. Hampir setiap waktu Marmar tertunduk lesu.
Entah apa yang terjadi padanya saat itu, yang jelas pakaian Iblis yang satu ini
terlihat kumal dan bau. Melihat keadaannya yang seperti itu. Saya taksir kalau
Marmar sudah tidak mandi kurang lebih satu mingguan. Bau apek yang tercium dari
sekujur tubuhnya jadi jaminan kalau dugaan saya memiliki kekuatan akademis,
tidak semata sebuah prediksi yang tidak berdasar.
Sebagai
tetangga yang baik, tersentuh juga melihat keadaannya. Akhirnya dengan perasaan
yang sedikit was-was saya pun bertanya,
"Mar,
lagi ngapain ente, keliatannya ada masalah ya?"
"eh
ente ahmad kan?, Ia nih, ane lagi ada masalah. biasa ada sangkut
pautnya ama kerjaan gitu lah". Marmar menjawab sambil berdiri.
“hemmm”.
Dengan sedikit keraguan, saya melanjutkan pertanyaan.
"masalah apa gitu, kayanya rumet banget yaa?"
"masalah apa gitu, kayanya rumet banget yaa?"
Dengan
sedikit meraung, sang Iblis cerita.
"gini
mad, tau kan kerjaan ane tuh apa?" Marmar balik bertanya.
"ngegodain
manusia?" jawab saya dengan segera
"ya,
betul banget, dalam dunia Iblis, ane kerja di Departemen Penggoda
Pejabat"
"terus?"
"dulu",
Mar-mar memasang muka menerawang, mencoba mengingat masa silam yang pernah ia
alami.
"gampang
banget kalo mau dapat penghasilan, tinggal goda sedikit para pejabat udah mau
ngikutin kehendak kami”. Mar-mar mulai bercerita.
"seleweng
ama pembantulah, selingkuh ama sekretarislah, nilep uang pegawai lah. pokoknya gampang....!!".
Wajahnya yang tadi keliatan sedih sekarang menjadi garang.
"tapi
sekarang manusia udah keterlaluan, mereka udah ngerebut lahan kerja ane!!!”.
Mar-mar mulai berdiri! Saya mulai berhati-hati.
“Maksudnya?”
saya penasaran
“
manusia sekarang sangat licik, mereka mengajak orang lain untuk berbuat tidak benar. Padahal
urusan menggoda manusia itu urusan kami, manusia ga usah ikut-ikutan segala!!.
Parahnya lagi, sekarang manusia bisa lebih bejat dari iblis, mereka melakukan
korupsi dan menggoda manusia lain untuk melakukan korupsi berjamaah". Nada
suaranya semakin tinggi.
"Belum
dampak moral yang diakibatkan, sekarang banyak generasi iblis yang ikut-ikutan
mau korupsi, padahal waktu zaman ane kecil dulu, Iblis ga pernah tuh
korupsi, haram bagi kami melakuakn korupsi sesama Iblis, semua tindakan
disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku di alam kami. Tidak salah lagi
semua kekacauan ini gara-gara manusia!!!".
Saya
mundur beberapa langkah, dalam situasi seperti ini saya harus siap dengan
resiko yang mungkin terjadi.
“MAD...!!!
KAMU DENGERIN SAYA GA???”. Bentakan Mar-mar membuat saya melangkah mundur dua
langkah.
“I..i...ia,
saya denger ko, trus apa yang mau ente lakuin?
“itulah
pertanyaan yang juga ada dikepala saya”.
Terlihat
wajah garang diwajahnya mulai memudar, digantikan dengan wajah hampa, putus asa
dan kebingungan. Hati saya tak tega juga melihat situasi seperti ini. Akhirnya
saya dekati dia, sambil mencoba memegang pundaknya saya berkata, “Mar, ente
jangan terus menerus bersedih, apalagi berputus asa, yakinlah segala sesuatu
pasti ada jalan keluarnya, dan yang tidak kalah penting adalah kita harus terus
bergerak dan jangan berdiam diri dengan suatu keadaan, yakinlah semua ini
adalah cobaan”.
Kemudian
saya mengutip sebuah kata-kata sakti dari seorang Trainer Motivation
yang pernah saya dengar:
Sadarlah, manakala diri ini puas dan merasa nyaman pada sebuah
titik maka hal itu akan membuat segala sesuatu menjadi stagnan dan cenderung
pasif.
Kita akan berat untuk berusaha mencapai titik lain, titik yang sebenarnya bisa mengantar kan kita pada kedaan yang lebih baik.
Janganlah lupa, bahwa hati, fikiran, dan tubuh bagaikan kesatuan yang tak terelakan,
untuk dapat survive mereka butuh sesuatu yang mobile,
selalu energik dan aktif .
ingat, gasing itu hanya bisa berdiri manakala dia terus berputar,
ketika dia berhenti maka dirinya akan goyah, oleng dan pada akhirnya terjatuh
maka beraktifitaslah,
bergeraklah mencari tantangan,
jangan biarkan kreasimu terbentur oleh dinding kemalasan
Biarkan tubuh dan jiwa ini merasakan saripati kehidupan.
merasakan bau tanah saat hujan
atau terik surya yang membakar ,
lalu belajarlah, renungi dan bertindaklah
Kita akan berat untuk berusaha mencapai titik lain, titik yang sebenarnya bisa mengantar kan kita pada kedaan yang lebih baik.
Janganlah lupa, bahwa hati, fikiran, dan tubuh bagaikan kesatuan yang tak terelakan,
untuk dapat survive mereka butuh sesuatu yang mobile,
selalu energik dan aktif .
ingat, gasing itu hanya bisa berdiri manakala dia terus berputar,
ketika dia berhenti maka dirinya akan goyah, oleng dan pada akhirnya terjatuh
maka beraktifitaslah,
bergeraklah mencari tantangan,
jangan biarkan kreasimu terbentur oleh dinding kemalasan
Biarkan tubuh dan jiwa ini merasakan saripati kehidupan.
merasakan bau tanah saat hujan
atau terik surya yang membakar ,
lalu belajarlah, renungi dan bertindaklah
Diberikan
kata-kata dahsyat seperti itu raut wajah Marmar sedikit bertambah cerah.
Sebenarnya setelah saya pikir-pikir kata-kata tadi kurang begitu nyambung, tapi
tak apalah yang penting dia semangat. He..
Setelah
melihat kondisi yang lebih mengenakan saya memberikan saran kepada Marmar, “Cobalah
diskusikan ini dengan seorang Psikolog atau ahli hukum, Polisi mungkin?.
Laporin aja tindakan pejabat korup yang ente ceritain tadi. Mudah-mudahan dapat jalan
keluar yang lebih baik”.
*******
Beberapa
minggu setelah kejadian itu saya tidak melihat Marmar dan keluarganya,
kediamannya menjadi sangat sepi dan seakan tak berpenghuni. Tidak terlihat
aktivitas yang selama ini sering mereka lakukan bersama. Sempat pula bertanya
pada Setan yang kebetulan lewat. Tapi hasilnya nihil, Marmar dan keluarga
seakan hilang ditelan bumi.
Sampai
pada suatu hari saya membaca sebuah koran lokal yang dibagian pojok kanan
atasnya terlihat sebuah judul berita yang hampir saja membuat saya jatuh
pingsan,
“Setan memfitnah dan mencemarkan nama baik manusia dihukum 200 tahun penjara”
Dibawahnya
saya membaca bahwa seorang setan berinisial “M” ditangkap oleh Polisi
dikarenakan memberikan laporan palsu, disebutkan bahwa Setan tersebut mencoba
memfitnah salah seorang pejabat di Republik
ini yang dilaporkannya telah melakukan tindak pidana korupsi dan menzholimi
bangsanya. Dibawah tulisan tersebut terpampang wajah mar-mar yang lebam dan
bersimbah darah disana-sini. Tidak terlihat lagi senyuman yang selama ini
selalu berkembang di bibirnya. Entah dimana dan bagaimana nasib istrinya Mirmir
dan anak semata wayang mereka Marwox.
Saya
menyesal memberikan saran kepada Marmar untuk melaporkan keadaannya kepada
penegak hukum. Tidak terpikir bisa sejauh ini akibatnya. Dinegeri sentosa ini
ternyata banyak manusia yang akhlaknya sangat mengkhawatirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar